Kiat Menjaga Lisan
A. Pendahuluan
Lidah adalah indra pembeda antara manusia dengan binatang. Dengan lidah manusia bisa berbicara, dan dengan berbicara manusia bisa membangun peradabannya. Dengan berbicara pula manusia bisa mengemban amanah sebagai abid dan khalifah di bumi.
Mengingat
perannya yang begitu penting, lidah ternyata diciptakan dengan beragam
keunikan, diantaranya
1) lidah merupakan organ tubuh yang tidak pernah
lelah. Karena itu orang tahan bicara dalam waktu lama. Menurut Maureen
Stone dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Maryland, lidah merupakan
bagian tubuh yang tidak pernah capek atau lelah. Bayangkan jika lidah mengalami
kecapaian, manusia bisa berhenti ngomong dan makan.
2) Lidah mampu merasakan 10.000 macam rasa. Karena itu pada
waktu bersamaan orang bisa membedakan beragam rasa, dan[1]
3) lidah tidak menua seperti kulit dan tulang. Karena itu orang berusia lanjut sekalipun tidak akan merasa lelah untuk makan dan bicara.
Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesama. Tak satu pun manusia
yang bisa hidup tanpa berbicara—baik lisan maupun isyarat. Berbicara merupakan
media utama dari seluruh proses interaksi sosial. Baik buruknya proses
interaksi sosial salah satunya dipengaruhi oleh bagaimana kita bertutur kata.
B.
Anjuran
menjaga lisan
1. Qs. Al-Mukminun/23: 1-3
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ.
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ
مُعْرِضُونَ.
Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna (Qs.
al-Mukminun/23: 1-3)
2. Qs. al-Israk/17: 36)
‘Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’ (QS.
Al-Isra’:36)
3. Qs. Qaf/50 : 18
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.’ (Qs. Qaf
:18)
4. (QS. al-Isra’ [17]: 23)
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا
فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (QS. al-Isra’ [17]: 23)
5. HR. Bukhari no. 5671
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ
لِيَصْمُتْ
Siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah ia tidak menyakiti tetangga. Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamu. Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau
diam. (HR. Bukhari no. 5671)
C.
Keutamaan
Menjaga Lisan
1. Terhindar dari kesalahan, Penyesalan dan
konflik
Rasulullah
SAW bersabda:
أَكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِيْ
لِسَانِــه
Kesalahan
anak Adam paling banyak bersumber dari lisannya (HR.
Thabrani. Lihat as-Shahihah no. 534)
2. Terhindar dari Murka Allah
عَنْ
عَبْد اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفُحْشَ
وَالتَّفَحُّشَ
Dari
Abdullah bin amru bin ash. Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah marah kepada orang yang kotor mulutnya dan keji perangainya (HR.
Ahmad. Lihat silsilah as-shahihah no. 2288)
Lisan orang beriman tidaklah mengadu domba
dan menfitnah. Karena itu hubungan sosial mereka selalu terjalin baik.
Rasulullah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Tidak akan masuk
sorga orang yang suka mengadu domba (HR. Bukhari no. 303)
3. Muslim yang sempurna
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang
orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan an tangannya.”
4. Masuk Sorga
مَنْ
يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ
الْجَنَّةَ
“Barang siapa bisa memberikan jaminan
kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua
kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 6474)
5. Tidak bangkrut pada hari kiamat
Pada suatu
kesempatan dialog, Rasulullah SAW
menjelaskan tentang orang-orang bangkrut pada hari kiamat.
أَنَّ رسول الله صلى الله عليه و سلم قال
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ
مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ
وَصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ
مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ
وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا
عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah
kalian siapa orang yang bangkrut?” Para shahabat pun menjawab, ”Orang
yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.”
Beliau menimpali, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa,
dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela,
menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak
kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan
kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak
kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu
diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR.
Muslim dalam Shahih-nya, no. 2581)
D.
Cara
menjaga lisan
1. Berbicaralah yang baik, kalau tidak bisa
maka diamlah
Lidah harus
dikendalikan. Karena ia sangat liar. Mengendalikan lidah ibarat rem pada
kendaraan atau tali pengikat pada piaraan. Kalau kita tidak mengendalikannya
maka lidah akan menyebabkan berbagai kerusakan.
Orang
mukmin tidak bicara kecuali yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan umat.
Mereka akan diam tatkala bicara itu tidak ada manfaatnya. Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik
atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih:
Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
2. Contohlah Lebah
Melalui sabdanya Rasulullah SAW
mengumpamakan orang beriman itu seperti lebah.
إِنَّ
مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا
“Perumpamaan
orang beriman itu seperti lebah, dia tidak makan kecuali yang baik dan tidak
mengeluarkan sesuatu kecuali yang baik.”
(HR. Ibnu Hibban no. 30. Hadis shahih. Silsilah as-shahihah no. 35)
Lebah memiliki
beragam karakter unggul yang patut kita teladani dan contoh dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya:
a) Hinggap di tempat yang bersih dan
menyerap hanya yang bersih. Lebah hanya akan
mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lain yang
mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang mukmin,
haruslah mencari dan memakanyang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka
bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan (QS al-Baqarah
[2]:168). Setiap manusia pun harus menjaga semua ucapannya karena ucapan yang
tidak dijaga dapat menimbulkan sakit hati, komentar yang tidak sesuai dengan
yang sebenarnya akan jadi fitnah, jadi seharusnya tidak ada satupun perkataan
yang keluar kecuali perkataan yang baik.
b) Mengeluarkan yang bersih.
Dari lebah yang dikeluarkan adalah madu yang menyehatkan bagi manusia. Dia
produktif dengan kebaikan dibandingkan binatang lain hanya melahirkan sesuatu
yang menjijikkan. Seorang mukmin seyogianya produktif dengan kebajikan (QS
al-Hajj [22]:77). Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh
dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata
kecuali yang baik; perilakunya bukan menyengsarakan orang lain, melainkan
justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia
berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar
kemanfaatan manusia.
c) Tidak mengambil yang bukan haknya.
Lebah hanya menghisap saripati bunga. Ia hanya mengambil yang inti dan
membiarkan yang lain. Lebah tahu, yang menjadi kebutuhannya hanyalah saripati,
bukan yang lainnya. Ini mengajarkan bahwa setiap manusia harus mengambil
sesuatu yang baik dan halal. Sebab, mengambil hak yang lain hukumnya adalah
haram.
d) Tidak merusak.
Di mana pun dia hinggap, tak ada tangkai daun ataupun ranting pohon yang patah.
Betapa santunnya hewan kecil ini hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapa
pun dan senantiasa menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah senantiasa
memegang prinsip ketenteraman dalam pergaulan. Dan sifat baik tersebut sudah
sepatutnya kita tiru.
e) Bekerja keras.
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat
"menetas"), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur
baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan
serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal.
Seorang mukmin lebih dituntut bekerja keras dan semangat pantang kendur. Jika
telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain (QS as-Syarh [94]:7).
f)
Bekerja
secara kolektif dan tunduk pada satu pimpinan.
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun
bekerja secara kolektif dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri
g) Menjaga harga diri.
Ia tidak akan pernah mengganggu orang lain selama kehormatan dan harga dirinya
dihormati. Namun, bila harga dirinya dizalimi, ia akan siap ‘menyengat’
pengganggunya. Dan untuk mempertahankan "kehormatan" umat lebah itu,
mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Karena
itu, setiap manusia harus senantiasa mampu menjaga kehormatan dirinya. Tidak
menjadi pembuat onar, namun selalu siap membela diri jika diganggu
ketentramannya.
3. Mengetahui bahaya lisan di dunia dan
akhirat
Sanksi yang sangat
berat menanti orang-orang yang tidak mengendalikan perkataannya.
a. Dalam UU informasi dan transaksi
elektronik disebutkan
Pasal 29 UU ITE: “Setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang
ditujukan secara pribadi.”
“Setiap orang yang memenuhi
unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
Pasal 45 (3) Setiap
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
b. HR. Muslim no. 2988
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ عَنْ
جُنْدَبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَ أَنَّ
رَجُلًا قَالَ وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى
قَالَ مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي
قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ (رواه مسلم)
فَلَا
تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Janganlah
kalian menganggap suci diri kalian,
Allah maha tahu siapa yang bertakwa (Qs.
an-Najm/53: 32)
4. Berdoa
Doa
adalah senjata pamungkas orang beriman. Dengan berdoa Allah SWT akan menolong
para hamba-Nya. Syakal Ibnu Humaid pernah minta diajari doa agar selamat dari
bahaya lidah. Rasulullah memegang tangan beliau seraya mengajarkan doa
berikut:
اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي وَمِنْ شَرِّ
لِسَانِيْ وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّيْ
Ya
Allah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaran, dari keburukan
penglihatan, dari keburukan lisan, dari keburukan hati, dan dari keburukan
angan-angan. (HR. Abu Dawud no. 1551, Attirmidzi no.
3492 dan An-nasai no. 5470)
E.
Mutiara
Salafusshaleh
1. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata, ”Seseorang mati karena tersandung
lidahnya Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya
2. "Tidak ada kebaikan dalam hidup ini
kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau
orang yang berbicara dengan ilmu." (Abu Ad-Darda’)
3. "Segala sesuatu akan bermanfaat
dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan
akan membahayakan." ( Anas bin Malik).
4. "Awal ibadah adalah diam, kemudian
menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas
menyebarkannya." (Sufyan Ats-Tsauri )
5. Sebagian ulama berkata, “Seandainya
kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian,
niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara.”
6. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti
“Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Sementara orang yang
bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya.
7. Abu Ali Ad Daqqaq
المتكلم
بالباطل شيطان ناطق والساكت عن الحق شيطان أخرس
Orang yang berbicara
dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari
kebenaran adalah setan yang bisu.
[1]Sabar
Artiyono, “Keajaiban lidah manusia yang tak banyak diketahui”, artikel
diakses pada 5 April 2018 dari https:// www.brilio.net/ life/keajaiban-lidah-manusia-yang-tak-banyak-diketahui-1504262.html
0 Response to "Kiat Menjaga Lisan"
Posting Komentar