Andai Aku Mati Hari ini
Saya berusaha
lari bahkan melawan kedua utusan itu. Saya banting sekuat tenaga. Saya berteriak
agar orang-orang mau datang membantu. Tapi semua sia-sia, saya menyerah kalah.
Awalnya saya
menerima dengan iman. Berharap taubat masih diterima. Hari ini masih tersisa
beberapa jam lagi. Saya bergegas bangun, mandi, dan memacu sepeda menuju
masjid. Dalam perjalanan saya beristighfar sebanyak-banyaknya. Bertaubat dari
segala dosa dan maksiat.
Sebelum
sampai di masjid, rasa takut memenuhi fikiran. Saya menangis, kaki gemetar,
badan lemas, lidah kelu. Terbayang segala dosa yang diperbuat. Mata, telinga,
lidah, tangan, perut, kemaluan, kaki semua pernah bermaksiat.
Terlintas
dalam fikiran berbagai macam siksa yang akan didapat, pengapnya kuburan selama
ribuan tahun, istri tersayang yang bakal dipersunting orang, anak-anak yang
akan berganti ayah, teman-teman yang segera melupakan. Tinggalah kita seorang
diri di bawah gelapnya barzakh yang mencekam.
Ketika saya
sampai di gerbang masjid, ternyata kedua utusan tadi sudah menunggu. “Hartono! Waktumu
telah habis”. Saya menangis, saya melawan, saya menghindar, saya berusaha kabur
dan melepaskan diri dari kedua utusan itu. saat suasana semakin mencekam saya
terbangun. Alhamdulillah saya masih hidup.
Astaghfirullah.
Terima kasih ya Allah atas kesempatan yang masih engkau berikan. Saya ingin
menjadi bagian umat terbaik, beriman dan beramal, berguna bagi setiap orang,
bermanfaat bagi kehidupan, menjauhi kesyirikan dan kekufuran, menghindari kesombongan
dan keminderan, menundukkan pandangan, dan menjaga lisan dari bicara tak
berguna.
0 Response to "Andai Aku Mati Hari ini"
Posting Komentar